Beranda | Artikel
Tafsir al-Fatihah (7): Apa Makna Siratal Mustaqim? - Syaikh Utsman al-Khamis #NasehatUlama
Jumat, 9 September 2022

“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah: 6)
kemudian Allah menjelaskan maksud “jalan” ini dengan berfirman,

“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat … ” (QS. Al-Fatihah: 7)
yakni yang aku inginkan dan aku maksud
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; …” (QS. Al-Fatihah: 7)

Jalan orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka.
Allah Tabāraka wa Ta’ālā telah menafsirkannya dalam surah an-Nisa:
“Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul,
mereka itulah orang-orang yang akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
dari kalangan para nabi, para Ṣiddīqīn,
para syuhada, dan orang-orang saleh …” (QS. An-Nisa: 69)

Merekalah orang-orang yang Allah beri nikmat kepada mereka,
dan merekalah orang-orang yang mana seorang Muslim meminta
agar bisa berada di atas metode dan jalan mereka,
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 7)

Artinya, “Aku tidak menginginkan jalan orang-orang yang dimurkai
dan tidak mau jalan orang-orang yang sesat.”
Tafsir yang terkenal adalah yang tersebut dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmidzi dan selainnya,
bahwa orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi,
dan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani.

Mereka adalah orang-orang
yang Allah Tabāraka wa Ta’ālā memerintahkan kita untuk menjauhi jalan mereka,
yaitu jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan orang-orang yang tersesat.

Orang-orang Yahudi dimurkai,
karena mereka mengetahui kebenaran, akan tetapi meninggalkannya.

Orang-orang Nasrani menjadi sesat
karena mereka tidak mengetahui kebenaran,
akan tetapi juga tidak berupaya mencarinya.

Penyebutan orang-orang yang dimurkai (Yahudi) didahulukan daripada orang-orang sesat (Nasrani),
karena sangat parahnya kekufuran mereka.

Kekafiran orang Yahudi lebih parah daripada kekafiran orang Nasrani,
sebagaimana firman Allah Tabāraka wa Ta’ālā,
“Sungguh kamu akan dapati orang yang paling keras permusuhannya

terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik,
dan sungguh kamu akan dapati orang yang paling dekat persahabatannya

dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata,
‘Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.’” (QS. Al-Maidah: 82)
Penyebutan Yahudi didahulukan juga karena mereka kaum yang lebih dulu
daripada Nasrani.

Yahudi adalah kaum yang hidup di zaman Nabi Musa,
sedangkan Nasrani adalah kaum yang hidup di zaman Nabi Isa
Semoga selawat Allah dan salam-Nya terlimpah atas mereka berdua.

Yahudi dan Nasrani semuanya berasal dari Bani Israil.
Yahudi dan Nasrani sama-sama berasal dari Bani Israil.
Musa adalah salah satu nabi Bani Israil,
sebagaimana Isa juga salah satu nabi Bani Israil.

Penyebutan Yahudi juga didahulukan,
karena mereka adalah penduduk terdekat.
Bangsa Arab, yang mana al-Quran ini diturunkan kepada mereka, mengenal Yahudi,
tapi sedikit yang mengenal orang-orang Nasrani.

Adapun mereka yang sering bersafar ke luar Madinah,
ke Syam atau ke Yaman, mereka tahu Yahudi dan Nasrani,
tetapi orang-orang yang tinggal bersama mereka adalah Yahudi,
terutama di kota Madinah.

Yahudi tinggal bersama mereka
di Madinah, ada Bani an-Naḏīr, Bani Qainuqāʿ, dan Bani Quraiẓah.

Penyebutan Yahudi didahulukan karena hal-hal tersebut
—dan ilmu adalah milik Allah Tabāraka wa Ta’ālā.

Kemudian, disyariatkan bagi seseorang—terutama ketika salat—
jika dia membaca surah ini hingga selesai
untuk mengatakan: “Amin.”
“Amin” artinya, “Kabulkan, ya Allah.”
karena di dalamnya terkandung doa yang agung. Demikian.

====

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

فَشَرَحَ هَذَا الصِّرَاطَ فَقَالَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

أَيْ أُرِيدُهُ أَقْصِدُ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

وَالصِّرَاطُ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ

فَسَّرَهَا اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي سُورَةِ النِّسَاءِ

وَمَنْ يُّطِعِ اللهَ وَالرَّسُوْلَ

فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ

مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ

وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ

هَؤُلَاءِ هُمُ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ

وَهَؤُلَاءِ هُمُ الَّذِينَ يَطْلُبُ الْمُسْلِمُ

أَنْ يَكُونَ عَلَى طَرِيقَتِهِمْ وَصِرَاطِهِمْ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

أَي لَا أُرِيدُ طَرِيقَ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ

وَلَا أُرِيدُ طَرِيقَ الضَّالِّينَ

وَالْمَشْهُورُ كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيثِ عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ

أَنَّ الْمَغْضُوبَ عَلَيْهِمْ هُمُ الْيَهُودُ

وَأَنَّ الضَّالِّيْنَ هُمُ النَّصَارَى

فَهَؤُلَاءِ هُمُ الَّذِينَ

أَمَرَنَا اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِأَنْ نَتَجَنَّبَ طَرِيقَهُمْ

طَرِيقَ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَطَرِيقَ الضَّالِّينَ

وَإِنَّمَا صَارَ الْيَهُودُ مَغْضُوبًا عَلَيْهِمْ

لِأَنَّهُمْ عَرَفُوا الْحَقَّ وَتَرَكُوهُ

وَالنَّصَارَى صَارُوا الضَّالِّيْنَ

لِأَنَّهُمْ لَمْ يَعْرِفُوا الْحَقَّ

وَلَكِنْ لَمْ يَطْلُبُوهُ أَيْضًا

وَقَدَّمَ الْمَغْضُوبَ عَلَيْهِمْ عَلَى الضَّالِّينَ

لِشَنَاعَةِ كُفْرِهِمْ

كُفْرُ الْيَهُودِ أَشَدُّ مِنْ كُفْرِ النَّصَارَى

كَمَا قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً

لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً

لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا

إِنَّا نَصَارَى

وَقَدَّمَ الْيَهُودَ كَذَلِكَ لِأَنَّهُمْ أَقْدَمُ

مِنَ النَّصَارَى

الْيَهُودُ هُمُ الَّذِينَ كَانُوا فِي زَمَنِ مُوسَى

وَالنَّصَارَى كَانُوا فِي زَمَنِ عِيسَى

صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِمْ… عَلَيْهِمَا

وَالْيَهُودُ وَالنَّصَارَى كُلُّهُمْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ

الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى كُلُّهُمْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ

فَمُوسَى مِنْ أَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ

وَعِيسَى مِنْ أَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَذَلِكَ

وَقَدَّمَ الْيَهُودَ كَذَلِكَ

لِأَنَّهُمْ أَقْرَبُ سَكَنًا

فَالْعَرَبُ الَّذِي نَزَلَ فِيهِمْ هَذَا الْقُرْانُ يَعْرِفُونَ الْيَهُودَ

لَكِنْ نَادِرٌ أَنْ يَعْرِفُوا النَّصَارَى

الَّذِينَ يُسَافِرُونَ إِلَى خَارِجِ المَدِينَةِ

إِلَى الشَّامِ وَإِلَى الْيَمَنِ يَعْرِفُونَ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى

لَكِنْ الَّذِينَ يَعِيشُونَ مَعَهُمُ الْيَهُودُ

خَاصَّةً فِي الْمَدِينَةِ

الْيَهُودُ يَعِيْشُونَ مَعَهُمْ

فِي الْمَدِينَةِ بَنُو النَّضِيرِ وَبَنُو قَيْنُقَاعَ وَبَنُو قُرَيظَةَ

فَقَدَّمَ الْيَهُودَ لِهَذَا الْأَمْرِ

وَالْعِلْمُ عِنْدَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى

ثُمَّ يُشْرَعُ لِلْإِنْسَانِ خَاصَّةً فِي الصَّلَاةِ

إِذَا قَرَأَ هَذِهِ السُّورَةَ وَخَتَمَهَا

أَنْ يَقُولَ آمِينُ

أَيْ اللَّهُمَّ اسْتَجِبْ

لِأَنَّهَا تَضَمَّنَتْ دُعَاءً عَظِيمًا نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/tafsir-al-fatihah-7-apa-makna-siratal-mustaqim-syaikh-utsman-al-khamis-nasehatulama/